Rabu, 26 Agustus 2009

MAKNA HARI LEBARAN
Oleh : Yunus Indra, SH
Sejarah memang telah menunjukkan Idul Fitri /Lebaran dalam tradisi bangsa kita, bahwa Idul Fitri/Lebaran yang kita rayakan bukanlah sekadar momentum kelahiran kembali manusia sebagai individu dengan sifat fitrinya ( lahir dalam keadaan suci ) , tetapi juga sebuah bangsa dengan segala kesuciannya sebagai kontrak sosial rakyat dengan pemimpinnya.
Idul Fitri atau Lebaran menjadi momentum yang penuh makna dalam kehidupan bangsa Indonesia, tersirat makna dalam banyak hal seperti :
1. Religiositas
2. Ritual
3. Sosial,
4. Kultural,
5. Ekonomi.
Oleh karena itu Insya Allah seluruh umat muslim Indonesia, Pada tanggal 21 September 2009 besok, merayakan momentum yang sarat makna itu.


Idul Fitri atau Lebaran merupakan kegembiraan di antara begitu banyak kesedihan yang selalu ditunggu tinggu.
Mayoritas masyarakat Muslim Indonesia lebih akrab dan sering menggunakan istilah Lebaran ketimbang Idul Fitri, sebagaimana juga mereka merasa lebih kena memakai istilah puasa daripada shaum.
Istilah Lebaran itu sendiri terasa lebih kena karena istilah itu lahir dari lingkungan masyarakat kita sendiri.
Sedangkan dalam pelaksanaan sehari-hari istilah Lebaran banyak dipopulerkan oleh masyarakat dan orang Betawi Sementara orang Jawa menyebutnya Syawalan, dari kata dasar syawal, nama bulan menurut kalender qomariyah (bulan). Atau sering juga dipakai istilah bakda yang artinya juga ’selesai’ Akan tetapi, istilah Lebaran bukan berasal dari bahasa Betawi.
ihwal istilah Lebaran berkaitan erat dengan puasa yang berasal dari bahasa Sansekerta. Puasa berasal dari kata upawasa, artinya ’menutup’, atau tidak mengeluarkan wasa. Wasa adalah kekuatan/kemampuan yang ada pada seseorang. Dari kata itulah muncul kata kuwasa, lalu menjadi kuasa. Jadi Lebaran sebagai pengakhir puasa adalah usaha mengendalikan kuasa dalam arti sempit maupun luas.
Bagi kita yang merayakan Lebaran tidak cuma shalat Ied, makan ketupat, dapat uang dari saudara, atau ngomong Minal ‘Aidin Wal Faidzin ke semua orang. Di hari yang sakral inilah kita semakin sadar betapa penting arti kedua orang tua kita dan makna silaturrahmi diantara saudara, teman dan tetangga tetangga kita.
Nampak jelas kehidupan masyarakat kita dalam berlebaran ; Setelah shalat Ied, dengan diiringi gema takbir yang berkumandang, seraya kita menundukkan kepala, meraih sepasang tangan orangtua kita yang telah melahirkan dan mengasuh kita selama ini, menciumnya, lalu berkata, ”Maafin aku ya Pak…” ”Maafin aku ya Bu…”, Sebuah momen yang bisa dibilang membuat Lebaran menjadi sangat bermakna. Saat kita membersihkan segala dosa dan kesalahan kita dan menundukkan hati pada kedua orang tua kita yang paling berjasa dalam kehidupan di dunia ini,
Itu makna hari Lebaran yang idealnya terjadi. Tapi banyak juga di antara kita yang tidak seperti itu, Ada teman-teman kita yang harus menghabiskan hari Lebarannya di panti asuhan karena kedua orangtuanya sudah tiada dan tidak punya saudara kandung. Ada yang masih punya saudara kandung dan tidak tinggal di panti asuhan, tapi kedua orangtuanya sudah meninggal. Lalu ada juga yang orangtuanya masih ada, tapi sudah bercerai. Semuanya memberikan kesedihan tersendiri. Tapi semuanya juga membawa hikmah

Dalam hari Lebaran inilah pintu maaf kita dibuka dan silaturahmi pun diberi penekanan amat tinggi sebagai perwujudan ukuwah islamiayah . Dan, inilah yang kemudian menggerakkan sesama umat muslim untuk saling menyapa
dalam sebuah pertemuan. Pertemuan dalam arti harfiah maupun simbolis yang sekarang lebih dikenal dengan kata “ Halal bi halal “
Suasana Lebaran dan Halal bi halal dapat Menghidupkan kembali batin yang lelah karena kehidupan 'yang keras' agar menjadi kerinduan yang penuh arti persaudaraan. Kerinduan seperti inilah yang mengisi ruang-ruang batin kita yang kosong. Ia menjadi kebahagiaan yang tidak tergantikan.
Minal ‘Aidin Wal Faidzin ,
Mohon ma’af lahir dan Bathin.
“ SELAMAT HARI LEBARAN “

----- OOOOO ===== OOOOO -----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar